https://bajawa.times.co.id/
Kopi TIMES

Lokomotif dan Pelurusan Sejarah Perkeretaapian Kayutangan Malang

Jumat, 28 April 2023 - 19:33
Lokomotif dan Pelurusan Sejarah Perkeretaapian Kayutangan Malang Endiarto Wijaya

TIMES BAJAWA, MALANG – Sebagai seorang railfan (pencinta kereta api) yang gemar menelusuri jalur-jalur kereta api maupun trem non aktif, jalur Trem Malang (Malang Stoomtrammaatschappij/ MS) Segmen Kepanjen – Gondanglegi terkesan paling misterius, terutama karena segmen ini  menyisakan jejak yang amat sedikit sejak dinonaktifkan pada Jaman Penjajahan Jepang (1942-1945).

Oleh karena itu, segmen jalur trem Gondanglegi – Kepanjen sepanjang kurang lebih 17 km saya telusuri paling akhir setelah segmen-segmen lain, seperti Malang – Tumpang dan Malang – Gondaglegi.

Maka pada satu hari di bulan Februari tahun 2009, saya bergegas pergi ke Desa Banjarejo, suatu desa di wilayah Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Sebab, berdasarkan referensi yang ada (antara lain peta jaman lawas), rel trem jurusan Gondanglegi – Kepanjen melewati desa itu. Keinginan saya pada waktu itu adalah menemukan bekas rel/ potongan rel trem di Desa Banjarejo sebagai bukti keberadaan jalur trem pada masa lampau.

Penduduk di sekitar lokasi jalur trem non aktif bisa menjadi sumber informasi mengenai keberadaan jalur itu. Oleh karena itu, langkah pertama yang saya ambil setiba di Banjarejo adalah berbicara pada salah seorang penduduk di sana.

Tanpa basa basi panjang lebar, saya bertanya pada warga itu apakah masih ada bekas jalur trem di Banjarejo. Jawaban yang saya dapatkan terasa amat menyegarkan di siang hari yang panas itu. Dia mengatakan bahwa rel trem masih ada dan mengarahkan saya pada satu titik lokasi.

Saya bergegas ke sana dan setibanya di lokasi yang dia sebutkan, saya malah tertawa getir pada diri saya sendiri. Ternyata rel yang dia sebut sebagai rel trem adalah rel kereta api lori angkutan tebu PG Krebet Baru dengan lebar rel 700 mm. Bukan rel trem yang memiliki lebar rel (gauge) 1067 mm.

*

Satu unit lokomotif diesel bekas armada penghela lori Pabrik Gula (PG) Kebonagung belum lama ini ditempatkan di  Kawasan Heritage Kayutangan, Kota Malang sebagai monumen. Jika diamati dengan seksama, di balik baluran cat kuning lokomotif, samar-samar terlihat nomor B4 pada badan lokomotif. Mengacu pada Daftar Pabrik Gula dan Armada Lori yang disusun oleh Ray Gardiner (seorang pemerhati perkeretaapian asal Australia), diperoleh informasi bahwa Lokomotif Diesel B4 PG Kebonagung dibuat oleh Schoema, produsen lokomotif asal Jerman dan memiliki berat 5 ton serta daya sebesar 42,5 HP.

Penjelasan resmi tentang penempatan lokomotif diesel lori tersebut di Kayutangan belum ada, namun jika mengacu pada sejarah keberadaan jalur trem jurusan Jagalan – Blimbing di sana, keberadaan lokomotif lori itu sulit dipungkiri dimaksudkan sebagai suatu monumen untuk mengenang jalur trem di Kayutangan. Akan tetapi jika melihat fakta bahwa lebar rel lori di Malang dulu 700 mm dan dioperasikan terutama untuk mengangkut tebu dari ladang menuju pabrik untuk digiling menjadi gula jelas berbeda dengan trem yang dioperasikan sebagai moda transportasi umum warga serta menggunakan lebar rel 1067 mm.

Dalam dunia perkeretaapian, lebar rel 700 mm masuk kategori Decauville sedangkan 1067 mm termasuk dalam kategori “meter gauge” atau “cape gauge”.

Dengan mengacu fakta serta karakteristik yang penulis sampaikan di atas, pemasangan lokomotif diesel Kawasan Heritage Kayutangan jelas tidak tepat.

Lokomotif B4 bekas armada penghela lori PG Kebonagung tersebut lebih tepat jika dipasang sebagai suatu monumen di lokasi yang pernah dilewati lori PG Kebonagung, misalnya di Kawasan Taman Jalan Jakarta, Kota Malang yang dulu memang pernah dilewati lori PG Kebonagung.

Perlu diperhatikan pula bahwa penetapan suatu wilayah sebagai kawasan heritage lazimnya mengacu pada sejarah wilayah tersebut dan salah satu tujuan penetapan kawasan heritage adalah untuk menumbuhkan pemahaman warga terhadap sejarah (The Purpose of Heritage Conservation Areas, heritage21.com.au diakses pada 27 April 2023).

Dengan demikian, jika Kawasan Heritage Kayutangan Kota Malang hendak dilengkapi dengan monumen untuk mengenang sejarah trem, lokomotif yang seharusnya ditempatkan di sana adalah salah satu dari tiga kelas lokomotif uap yang dulu pernah dioperasikan untuk menghela rangkaian trem di Malang, yakni Lokomotif Uap B17, Lokomotif Uap B24 dan Lokomotif Uap D11 (AE Durrant : PNKA Power Parade, Continental Railway Circle, Middlesex 1972).

Meskipun lokomotif uap, ketiga kelas lokomotif itu memiliki ukuran jauh lebih besar dibandingkan Lokomotif Diesel B4 PG Kebonagung yang kini dipajang di Kayutangan. Lokomotif Uap B17, misalnya, memiliki berat kosong 20 ton dan memiliki daya 200 HP.

Dari ketiga kelas lokomotif tersebut, kini hanya B17 dan D11 yang masih tersimpan di Museum Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Masing-masing hanya tersisa satu unit. Seandainya lokomotif aslinya sulit dipindahkan ke Malang, setidaknya bisa dibuat replika atau miniaturnya.

Dengan memasang lokomotif Trem Malang atau replikanya sebagai monumen, masyarakat bisa memiliki pemahaman lebih tepat tentang sejarah moda transportasi berbasis rel yang dulu pernah rutin melintasi Kayutangan serta memiliki pengetahuan untuk bisa membedakan trem dan kereta lori pengangkut tebu.

***

*) Oleh: Endiarto Wijaya,

Railfan di Kota Malang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bajawa just now

Welcome to TIMES Bajawa

TIMES Bajawa is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.